Belakangan ini, julukan generasi sandwich marak menjadi perbincangan di media sosial. Walaupun terkesan seperti candaan, nyatanya istilah sandwich di sini melambangkan keprihatinan akan keadaan finansial seseorang yang terhimpit layaknya roti lapis.
Walaupun istilahnya baru sangat booming dan sering digunakan dalam percakapan sehari-hari, istilah generasi sandwich sudah dikenal sejak tahun 1981 yang diperkenalkan oleh seorang Profesor dan juga Direktur Praktikum Universitas Kentucky Dorothy A. Miller. Tentu saja di masa itu belum ada media sosial yang membuat istilahnya menyebar luas secepat kilat, melainkan dari jurnal yang ditulis Profesor Miller dengan judul “The Sandwich Generation: Adult Children of the Aging”. Jurnal yang memiliki penelitian demografis ini menjelaskan bahwa sebanyak 47% orang di usia pertengahan (40-50 tahun) terhimpit di posisi roti lapis tersebut.
Oleh sebab itu, yuk baca artikel Kognisi.id tentang generasi sandwich ini sampai selesai supaya tahu tentang pengertian, penyebab, dampak, dan usaha apa yang bisa dilakukan untuk mencegahnya terjadi di kehidupan Anda.
Apa Itu Generasi Sandwich?
Generasi sandwich adalah sebutan bagi generasi di umur pertengahan yang memiliki tanggung jawab finansial untuk menghidupi generasi di atas dan di bawahnya sekaligus. Generasi atas ini bisa mengacu pada orang tua maupun mertua, sedangkan generasi bawah bisa mengacu pada keturunan seperti anak dan bahkan cucu sekalipun.
Mengutip Kompas.com, seorang ahli bernama T. Broady (2019) menyebutkan bahwa generasi sandwich adalah individu yang membagi sumber daya mereka untuk anak dan orang tua mereka yang telah memasuki usia lanjut.
Sedangkan menurut W.R. Hernandez, Marjanen P., dan Riina K. pada tahun 2019 bersepakat bahwa generasi sandwich adalah individu yang berada dalam kondisi fit untuk bekerja dan terjebak di antara tanggung jawab keluarga dan tanggung jawab profesional.
Peristiwa ini bisa terjadi karena adanya perbedaan usia yang terpaut jauh antara orang tua dengan anak, dan kemungkinan berasal dari keluarga yang keadaan finansialnya biasa-biasa saja. Misalnya, ada seorang ibu beranak 2 yang usianya 30 tahun dan tinggal bersama orang tuanya yang berusia 60 tahun. Jelas sekali bahwa umur 60 tahun merupakan usia pensiun, di mana kebanyakan orang tua sudah tidak mampu bekerja dan biasanya membutuhkan perawatan kesehatan yang lebih banyak sehingga biaya hidupnya mungkin hanya bergantung dari anaknya.
Di lain sisi, sang Ibu juga masih memiliki 2 anak yang harus diberi pendidikan terbaik dan kebutuhan hidup lainnya. Di sinilah seseorang bisa dikatakan “terhimpit” secara finansial, karena dengan gaji seadanya, ia harus menghidupi banyak anggota keluarga dalam waktu bersamaan. Karena itu, generasi ini berpotensi besar mengalami stress berat dan dampak negatif dari segi emosional lainnya.
Penyebab Munculnya Generasi Sandwich
Selain karena tanggung jawab finansial yang berlapis-lapis, berikut ini adalah beberapa faktor lain yang menyebabkan kemunculan generasi sandwich:
1. Kurang Mempersiapkan Masa Pensiun
Ada sebagian orang yang berpendapat bahwa uang pensiunan bisa diandalkan untuk menjalani hari tua. Namun, pada kenyataannya, ada banyak faktor tidak terduga yang bisa merusak perencanaan tersebut. Itulah mengapa mempersiapkan masa pensiun selagi muda dan bekerja sangat diperlukan. Anda bisa mulai membaca buku atau mendengarkan kelas inspiratif dari ekspertis di bidang finansial agar bisa mempersiapkan masa pensiun lebih baik dari sekarang.
2. Gaya Hidup Konsumtif dan Boros
Tidak dapat dipungkiri, dengan semakin majunya teknologi seperti adanya media sosial sebagai tempat aktualisasi diri dan melihat referensi, masyarakat cenderung memiliki gaya hidup konsumtif yang di mana akan membuatnya menjadi boros demi memenuhi keinginannya tersebut. Apalagi dengan adanya fenomena FOMO (fear of missing out), sebisa mungkin netizen media sosial akan berbondong-bondong membeli barang viral, makanan hits, atau pergi ke tempat-tempat tertentu yang direkomendasikan influencer agar tidak ketinggalan tren kekinian. Padahal, belum tentu semua hal itu adalah yang hal-hal yang menjadi kebutuhan dan prioritasnya saat ini. Maka dari itu, gaya hidup seperti ini akan membuat seseorang susah untuk mengatur keuangannya.
3. Tidak Memiliki Perencanaan Finansial yang Baik
Tidak semua orang pandai mengatur keuangan dan memiliki perencanaan matang mengenai keadaan finansialnya. Ada yang bingung tentang konsep investasi atau saham, ada yang bingung mengatur pembagian uang tabungannya, ada juga yang tidak mempertimbangkan asuransi karena merasa tidak perlu, dan sebagainya. Namun, Anda tidak perlu bingung lagi karena Kognisi.id menyediakan kelas yang membahas tentang financial freedom, investasi, asuransi, dan juga mengenai properti bersama Praktisi dan Inspirator Investasi Indonesia Ryan Filbert.
4. Kurang Mampu secara Finansial
Faktor selanjutnya adalah kurang mampu secara finansial. Seseorang yang bekerja dengan gaji pas-pasan memang akan sangat kesusahan untuk memenuhi kebutuhan anak-anak, orang tua, dan bahkan dirinya sendiri. Faktor ini juga dapat disebabkan oleh orang tua yang gagal dalam mempersiapkan masa tuanya sehingga anaknya lah yang harus memenuhi kebutuhan mereka.
5. Memiliki Sejarah Generasi Sandwich dalam Keluarga
Apabila sudah ada sejarah generasi sandwich di dalam keluarga, besar kemungkinannya bagi keluarga penerusnya untuk menjalani nasib yang sama. Ketika anak sudah beranjak dewasa dan masuk ke dunia kerja, ia secara otomatis harus lekas membantu upaya orang tuanya yang masih menghidupi kakek neneknya, atau mungkin jika semuanya sudah memasuki usia lanjut, ia harus membiayai seluruh anggota keluarganya tersebut.
Ciri-ciri Generasi Sandwich
Seorang Aging and Elder Care Expert (seniorliving.org) bernama Carol Abaya mengkategorikan generasi sandwich dilihat dari perannya, yaitu:
1. The Traditional Sandwich Generation
Generasi yang terdiri dari orang dewasa yang usianya berkisar antara 40 – 50 tahun dan diapit oleh generasi lebih tua dan lebih muda yang masih membutuhkan dukungan finansial mereka.
2. The Club Sandwich Generation
Generasi Club Sandwich ini terdiri dari orang dewasa yang berusia di antara 30 – 60 tahun yang diapit oleh orang tua, anak-anak, dan mungkin juga cucu (jika sudah memilikinya) serta kakek nenek (jika masih hidup). Cakupan tanggungan finansial di kelompok ini lebih besar daripada kategori yang sebelumnya.
3. The Open-Faced Sandwich Generation
Kategori ini terdiri dari setiap orang yang terlibat dalam upaya perawatan orang tua, tetapi bukan karena tuntutan pekerjaan profesional seperti perawat di panti jompo.
Dampak Generasi Sandwich
Terhimpit oleh keadaan finansial dapat membuat seseorang tertekan, belum lagi jika ada permasalahan pribadi atau pekerjaan yang turut menambah pikiran seseorang yang termasuk di dalam generasi roti lapis ini. Berikut adalah beberapa dampak negatif yang berbahaya bagi kelangsungan hidup generasi sandwich:
1. Mengalami Stress, Khawatir, dan Was-was Sepanjang Waktu
Dihantui dengan tagihan atau kebutuhan darurat bisa menyebabkan pikiran kalut dan stress sepanjang waktu. Waktu luang yang terbatas karena harus memikirkan banyak tanggungan di keluarga besar membuat generasi sandwich sulit untuk beristirahat dan merasa khawatir . Jika membutuhkan bantuan untuk mengatasi rasa stress tersebut, Anda bisa mengikuti kursus “Menikmati Hidup dengan Berkesadaran” bersama Life Coach & Mindfulness Ivandeva Wing dan Praktisi Meditasi Siska Marsudhy di Kognisi.id.
2. Mengalami Burnout Fisik dan Mental
Tentu tidak mudah untuk bekerja menghidupi tiga generasi atau lebih, karena generasi sandwich harus segera bekerja setelah lulus sekolah, mencari pekerjaan sampingan untuk uang tambahan, dan mungkin bekerja keras hingga usia senjanya. Jika menjalani keseharian seperti ini, fisik dan mental generasi sandwich bisa mengalami burnout. Agar dapat mengelola emosi dengan baik saat burnout, ada baiknya Anda mengikuti kelas emotional agility bersama seorang Psychologist dan Learning Facilitator Elsa Christine yang tersedia di Kognisi.id.
3. Sulit untuk Merasa Puas
Akan sulit bagi generasi sandwich untuk merasa puas akan kerja keras yang dilakukannya karena hasil dari kerja keras tersebut terkadang masih tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara umum dan masing-masing pribadinya. Hal ini tentu akan berbahaya bagi kesehatan mental seorang generasi roti lapis ini. Selain itu, perasaan kurang menghargai hasil kerja keras diri sendiri dan insecure juga akan menghantui mereka setiap hari.
4. Sering Mengalami Konflik
Karena memiliki terlalu banyak hal yang harus diurus, ada kalanya kepentingan keluarga berbenturan dengan kepentingan pribadi atau pekerjaan. Emosi yang menumpuk dapat menyebabkan konflik antar pribadi maupun dalam dirinya sendiri. Jika dibiarkan, konflik-konflik ini bisa menyulut masalah yang lebih besar dan memengaruhi kinerja dan profesionalisme seorang generasi sandwich.
5. Sering Merasa Sedih
Jika konflik membuat hubungan antar pribadi menjadi rusak, seorang generasi sandwich akan kesusahan untuk mencurahkan isi hatinya kepada teman atau keluarga. Hal ini bisa membuat mereka sering merasa sedih dan sendiri. Apabila kesedihan dibiarkan tumbuh dan berkembang, depresi bisa muncul sewaktu-waktu dan membahayakan kesehatan mental.
Cara Memutus Rantai Generasi Sandwich
Setelah mengetahui apa saja penyebab dan dampak dari menjadi seorang generasi sandwich, Anda perlu memutus rantainya sejak dini agar tidak terjebak dan menjadi salah satu yang harus mengalaminya. Berikut ini adalah 10 cara untuk mencegah keberlangsungan generasi sandwich:
1. Pelajari Cara Pengelolaan Uang yang Baik
Selain rutin mencatat berapa banyak uang yang masuk dan keluar, ada baiknya bagi Anda untuk belajar lebih lanjut tentang ilmu finansial. Waktu yang paling tepat untuk mempelajari pengelolaan uang yang baik adalah saat ini juga. Apalagi, di masa sekarang ini ada banyak sekali sumber ilmu yang bisa dijadikan referensi untuk belajar mengelola uang. Selain itu, Anda juga bisa mengikuti kelas Kognisi.id “Sukses Sepanjang Hayat dengan Perencanaan Keuangan yang Matang” bersama Praktisi dan Inspirator Investasi Indonesia Ryan Filbert.
2. Mempersiapkan Tabungan Rencana Hari Tua
Selagi masih muda dan kuat untuk bekerja, sisihkan sebagian pendapatan Anda untuk dijadikan tabungan rencana hari tua atau dana pensiun. Generasi sandwich bisa terjadi karena kurang memikirkan rencana hari tuanya. Mereka hanya memikirkan kesenangan di masa kini dan lupa apabila di saat tua nanti tidak akan bisa bekerja dengan maksimal lagi. Selain itu, tabungan ini akan membantu Anda mandiri di usia senja nanti, tanpa harus bergantung kepada anak atau cucu.
3. Memiliki Lebih dari Satu Sumber Pemasukan
Bekerjalah dengan produktif, di mana Anda bisa melakukan pekerjaan utama dan juga memiliki usaha sampingan yang bisa menjadi sumber pemasukan lainnya. Pastikan pemasukan tersebut bisa mencukupi kehidupan sehari-hari dan juga bisa disisihkan untuk ditabung. Pakailah waktu secara bijaksana untuk bekerja secara produktif dan jangan lupa untuk beristirahat.
4. Menjalin Komunikasi dan Diskusi Bersama Kerabat
Jika saatnya hampir tiba bagi orang tua untuk pensiun, ada baiknya Anda berdiskusi bersama saudara atau kerabat untuk saling membantu dalam memenuhi kebutuhan orang tua Anda. Karena, permasalahan finansial seperti ini akan jauh lebih ringan jika dilakukan bersama-sama. Bicarakan semuanya secara baik-baik dan jangan takut untuk meminta pertolongan tersebut jika merasa terbebani.
5. Memiliki Dana Darurat
Paling penting tetapi sering terlupakan, dana darurat wajib dimiliki setiap orang. Karena hidup tidak selamanya berjalan mulus sesuai rencana. Ada kalanya terjadi peristiwa kurang menyenangkan yang mendesak Anda untuk mengeluarkan dana yang cukup besar. Jika Anda memiliki dana darurat, setidaknya Anda tidak akan terkejut dan bingung harus mencari uang tambahan. Menurut ekspertis di bidang finansial, rumus dana darurat seseorang yang belum menikah haruslah 5 kali lebih besar dari pendapatannya. Misal, gaji Anda dalam sebulan adalah 6 juta. Maka, Anda harus memiliki dana darurat sebesar 30 juta. Jika sudah berkeluarga, maka dana darurat sebesar 30 juta tersebut harus dikalikan dengan jumlah anggota keluarga.
6. Memiliki Asuransi
Memiliki asuransi kesehatan dan jiwa sangat penting bagi masa depan Anda. Walaupun pada kenyataannya masih ada beberapa orang yang menganggap asuransi tidak terlalu diperlukan. Padahal, asuransi ini sangat dibutuhkan, mengingat biaya perawatan di rumah sakit sangatlah mahal. Asuransi sangat baik untuk dimiliki sejak usia muda dan sehat. Karena dengan demikian, Anda tidak perlu pusing lagi jika di usia senja nanti harus menjalani perawatan di rumah sakit karena sudah ada asuransi yang mengatasi biayanya.
7. Berinvestasilah Sejak Dini
Jangan ragu untuk memulai investasi Anda karena seiring berjalannya waktu, investasi yang Anda miliki akan semakin bernilai tinggi dan menjadi passive income hingga hari tua nanti. Investasi ada banyak bentuknya. Anda bisa berinvestasi emas, saham, properti, dan sebagainya. Berinvestasilah di bidang yang Anda pahami dan jangan ragu untuk belajar dari para profesional di kelas-kelas bertema well-being di Kognisi.id.
8. Bijaksana dalam Mengeluarkan Biaya Sehari-hari
Bijaksanalah dan jangan terlalu terpengaruh dengan budaya FOMO karena ingin mengikuti tren. Berbelanja dan mengeluarkan biaya sesuai skala prioritas akan sangat membantu Anda untuk berhemat dan menabung. Sehingga, tidak akan ada lagi generasi sandwich yang harus terhimpit secara finansial oleh dua generasi yang menjadi tanggungannya.
9. Menyiapkan Dana Pendidikan Anak Sejak Dini
Jika sudah berkeluarga, memiliki anak, atau sedang menunggu kehadiran seorang anak, sebaiknya Anda mulai menyiapkan dana pendidikan mereka sejak dini. Persiapan tersebut harus dilakukan mengingat biaya pendidikan zaman sekarang sangat tinggi dan Anda tetap harus memberikan yang terbaik bagi anak-anak Anda. Dengan biaya yang sudah siap, Anda tidak perlu khawatir finansial terganggu atau sibuk mencari uang saat anak-anak Anda harus sekolah, kursus, dan sebagainya.
10. Mengajarkan Anak untuk Menabung dan Melek Finansial
Kebiasaan menabung harus diturunkan kepada anak-anak sejak dini agar mereka mengetahui pentingnya mempersiapkan masa depan dan membawa kebiasaan tersebut hingga dewasa. Generasi sandwich mungkin akan berhenti ketika Anda berhasil mengelola finansial keluarga Anda, tetapi keadaan miris tersebut bisa saja terulang kembali jika generasi penerus Anda tidak paham finansial dan salah mengambil langkah.
Tidak Perlu Jadi Generasi Sandwich Jika Bisa Kelola Keuangan dengan Baik
Walaupun masa depan merupakan hal yang tidak pasti, Anda bisa memastikan bahwa ada masa tua yang nyaman dan bebas stress jika Anda mengambil langkah yang benar dengan mengelola finansial yang baik dari sekarang. Supaya tidak menjadi salah satu dari generasi sandwich, perkaya diri Anda dengan ilmu-ilmu yang dibagikan oleh para profesional di bidangnya dengan mendaftarkan diri Anda ke Kognisi.id.
Dengan tidak menjadi generasi sandwich, Anda pun turut membantu anak cucu Anda kelak untuk merasakan hidup yang nyaman dan bahagia. Tunggu apa lagi? Daftar sekarang ya!
Penulis: Tami Kira