Pada tahun 2021 hingga akhir pandemi di tahun 2022, fenomena The Great Resignation terjadi. The Great Resignation adalah fenomena ketika pekerja secara bersamaan resign dari pekerjaannya. Awalnya, istilah ini lahir dari fenomena yang terjadi di Amerika Serikat, di mana sekitar 50 juta pekerja memutuskan untuk resign menurut data U.S Bureau Labor Statistics.

Survei yang dilakukan oleh Robert Walters di negara Asia Tenggara termasuk Indonesia juga menunjukkan bahwa sekitar 79% orang mempertimbangkan untuk resign dari pekerjaannya. Namun, yang terjadi adalah 42% tidak melakukannya karena berbagai alasan.

Memutuskan untuk resign memang bukan perkara yang mudah. Pasalnya, dari penelitian terbaru Paychex menguak bahwa 80% pekerja yang resign saat The Great Resignation di Amerika Serikat mengaku menyesal.

Nah, jika pernah terlintas di benak kamu “Haruskah saya resign?” dan merasa bimbang, percayalah kamu tidak sendirian. Oleh karenanya, demi memahami kebutuhan diri, kamu butuh ngobrol terlebih dahulu dengan dirimu.

7 Pertanyaan untuk Diri Sendiri

1. Apa alasan kuat saya untuk resign?

Dalam pengambilan keputusan yang rasional, aspek alasan adalah yang terpenting. Untuk menjawab pertanyaan ini, kamu bisa mengambil secarik kertas dan menuliskan alasan-alasan yang berada di benak. Jangan khawatir, kamu tidak harus menetapkan satu alasan saja, melainkan bisa sejumlah alasan yang memang kamu rasakan meskipun kamu rasa itu sepele.

Pada dasarnya, alasan untuk resign memang beragam. Berdasarkan survei jajak pendapat di 2022, mayoritas Gen Z memilih ketidaksesuaian gaji sebagai alasan. Tetapi, ada alasan-alasan lain yang juga menarik untuk dilihat yaitu rekan kerja yang toxic, tidak memiliki jenjang karir, bahkan hingga tidak adanya work-life balance.

Alasan ini juga mungkin kerap kali muncul di benakmu tetapi berakhir diabaikan dan tidak ter-justifikasi. Dengan menulis alasan kuat untuk resign, kamu menjustifikasi alasan tersebut yang nantinya bisa kamu pertimbangkan lebih dalam, apakah alasan-alasan ini mengganggu kesejahteraan diri yang sifatnya destruktif atau merugikan?

2. Apakah saya sudah melakukan yang terbaik?

Berada di kondisi yang tidak ideal dapat berdampak pada performa pekerjaanmu. Berbagai alasan yang kamu rasakan untuk memilih resign juga akan mempengaruhinya. Namun, sebelum memutuskan untuk resign, akan sangat baik bila kamu bertanya pada diri, apakah kamu telah mencoba usaha terbaik untuk mengatasi kendala yang kamu rasakan?

Misalnya, dengan melakukan komunikasi asertif dengan tim yang menurutmu toxic, atau mencoba metode baru dalam bekerja untuk mengatasi kejenuhan dan menantang perkembangan dirimu? 

Jika kamu sudah melakukan yang terbaik dan tidak ada kendala yang teratasi, mungkin saatnya mencari tempat yang baru.

3. Adakah ruang dan kesempatan untuk saya berkembang di sini?

Perkembangan diri adalah hal yang esensial untuk kebutuhan karir kedepannya, perasaan fulfillment, dan kesejahteraan diri.

Menurut laporan State of Global Workforce, 60% orang merasa emotionally detached dengan pekerjaannya. Fenomena ini bisa terjadi saat mereka terus melakukan daily basis dan target yang sama setiap hari. Akibatnya, seseorang merasa tidak lagi tertantang untuk melakukan usaha terbaik. Hal ini karena otak manusia aktif belajar hanya dalam keadaan terdesak. Saat semuanya terlalu nyaman dan tidak ada ruang berkembang, proses pembelajaran menjadi terhenti.

Memutuskan untuk resign saat tidak melihat peluang perkembangan diri adalah hal yang tepat jika kamu adalah seorang lifelong learner dan masih haus pengalaman.

4. Apakah value perusahaan masih sejalan dengan saya?

Value berbanding lurus dengan tujuan. Dalam berinteraksi dan bersinergi di tempat kerja, kultur yang dijalankan setiap perusahaan berbeda-beda. Hal ini dapat berupa kultur dalam pengelolaan bekerja, sistem evaluasi yang dilakukan, dan bagaimana penghargaan yang perusahaan berikan kepada pekerja. 

Hal ini menjadi penting karena kesesuaian value perusahaan dan diri menjadi penting bagi job satisfaction pekerja yang lebih lanjutnya berdampak pada performance perusahaan juga. 

Dalam sebuah penelitian yang melibatkan sejumlah perawat, dapat dipahami bahwa semakin tinggi kesesuaian value antara perusahaan dan diri sendiri semakin tinggi juga kepuasan kerja. Oleh karena itu, penting untuk menilik ulang apakah value perusahaan sejalan dengan value dirimu. 

5. Apakah saya masih ingin terlibat di sini?

Rasa terlibat saat bekerja adalah hal penting sebagai komponen gairah dan semangat bekerja. Saat mengerjakan sesuatu, salah satu hal yang membuat kita ingin bertahan meskipun itu sulit adalah rasa ingin terlibat. Biasanya rasa ingin terlibat ini terjadi karena value yang sama dengan perusahaan, memiliki tujuan yang sama, dan pekerjaan ini terasa menumbuhkan lewat pengalaman.

Kamu bisa melihat dari seberapa proaktif kamu dalam pekerjaan. Jika kamu tidak kunjung menemukan rasa terlibat itu di dalam diri, mungkin kamu butuh resign dan mencari tempat yang lebih cocok.

6. Bisakah saya melihat kesempatan lebih baik di tempat lain?

Setelah resign, tentu kita perlu menyambung karir di tempat yang lebih baik. Dalam penelitian Paychex, mayoritas orang yang resign saat The Great Resignation butuh waktu 3–6 bulan untuk mendapatkan pekerjaan baru dan hanya 11% yang merasa puas dengan gaji di tempat barunya.

Oleh karena itu, penting untuk mengetahui apakah kiranya kamu memiliki kesempatan yang lebih baik di tempat lain? Parameternya tentu bisa kamu tentukan sendiri, bisa tentang gaji, culture dan value perusahaannya, industrinya, kesempatan jenjang karirnya, dan pertimbangan lainnya. 

Yang terpenting, saat memutuskan untuk resign, kamu sudah tau akan membawa dirimu ke arah yang mana.

7. Apa yang Sebenarnya Ingin Saya Ubah? Perusahaan atau Karir Saya?

Kamu juga harus memastikan apakah ketidakcocokan yang membuatmu ingin resign berada pada perusahaan tempat bernaung atau posisi yang kamu jalani. Bukan tidak mungkin penyebab kamu merasa terbebani adalah pekerjaan yang membuatmu tidak senang daripada perusahaannya. 

Oleh karena itu, bertanya pada diri sendiri tentang apa yang sebenarnya kamu inginkan dapat menemukan jawaban. Kamu bisa menggunakan jawaban tersebut untuk mengarahkan diri untuk perjalanan karir selanjutnya sebelum benar-benar resign. 

Baca Juga: Rahasia Sukses Berkarier: Membangun Personal Branding 

Selain bertanya ke diri sendiri, kamu juga bisa menanyakan kepada support system, diskusi dengan banyak pihak, dan menemukan jawaban dari masalah-masalah yang kamu rasakan. Permasalahan resign memang bukan hal yang simpel dan butuh waktu yang tidak sebentar untuk memutuskan. Hal ini karena setiap orang memiliki background dan kasus yang berbeda. 

Dimanapun tempat kita bekerja, yang terpenting adalah keleluasaan kita untuk bertumbuh menjadi versi terbaik diri sendiri. Lebih baik mempertimbangkan dengan benar daripada menyesal di kemudian hari. Jika kamu butuh tips karir lainnya, Grow With Kompas Gramedia hadir untuk menjawab keingintahuanmu!

%d