Bagi kamu yang membutuhkan promosi bisnis, namun merasa tidak cocok dengan cara kerja iklan konvensional, native advertising adalah salah satu pilihan strategi promosi yang patut kamu pertimbangkan. Sebelum memutuskan apakah native ads cocok untuk bisnis dan budget kamu, mari kenali serba serbi tentang native advertising dalam artikel berikut ini.
Apa Itu Native Advertising?
Native advertising adalah bentuk iklan yang inovatif dan berbayar, serta menyatu dengan bentuk, rasa, dan berfungsi sesuai dengan platform di mana iklan tersebut tampil.
Dan Greenburg, CEO Sharethrough, dalam wawancaranya untuk LinkedIn juga mengatakan hal senada. Native ads adalah sejenis media berbayar yang sesuai dengan pengalaman pengguna dalam bentuk dan fungsi dalam website atau aplikasi di mana iklan tersebut ditempatkan.
Native ads didesain sedemikian rupa agar terasa seperti konten yang alami dan tidak seperti terasa seperti iklan. Umumnya, native ads dapat muncul di hasil pencarian, situs-situs berita, situs editorial, ataupun linimasa media sosial.
Cara Kerja Native Advertising
Native ads bekerja dengan cara yang cukup berbeda dengan iklan biasa. Ketika seorang pengguna masuk ke dalam sebuah situs, secara otomatis data dan informasi pengguna yang relevan akan dibaca oleh sistem. Informasi ini kemudian dicocokkan dengan topik iklan yang relevan untuk ditampilkan sesuai dengan informasi yang sudah dikumpulkan.
Sebagai contoh, kamu masuk ke website yang menjual makanan kucing organik tanpa membeli produknya. Setelah itu, kamu kemungkinan akan melihat berbagai konten tentang makanan kucing organik yang dapat muncul di media sosial, atau situs berita yang menampilkan artikel tentang makanan kucing organik.
Di balik ini semua, iklan tersebut melalui proses yang disebut real-time bidding, yaitu proses mirip lelang yang terjadi antara perusahaan dengan penerbit iklan, misalnya saja Google ads atau Facebook ads. Sederhananya, perusahaan dapat memberi kriteria, “saya ingin menampilkan iklan di situs berikut ini, hanya kepada pengunjung website saya yang tidak membeli produk.”
Dalam kurun waktu kamu menunggu situs yang kamu tuju selesai loading, banyak brand bersaing untuk menunjukkan iklan mereka pada kamu melalui proses lelang. Dengan program yang serba cepat, native ads akan ditampilan kepada kamu secara real-time dan memungkinkan naiknya engagement dan konversi untuk brand.
Kelebihan Native Advertising
Native ads begitu disukai oleh para pelaku bisnis, tak hanya yang besar, tetapi juga menguntungkan bisnis kecil. Inilah beberapa kelebihan native advertising yang perlu kamu ketahui:
1. Solusi untuk Mendapatkan Perhatian
Merasa jengah dengan iklan pop up yang tiba-tiba muncul saat kamu masuk ke dalam situs? Atau kamu juga sudah terbiasa mengabaikan iklan yang muncul di sisi kiri, kanan, dan tempat lainnya? Kamu tidak sendiri. Kemampuan mata kamu dan pengguna internet secara umum sudah beradaptasi untuk mengabaikan iklan-iklan yang muncul di halaman situs.
Jika posisi kamu sebagai pemilik bisnis yang mencoba mempromosikan bisnis kamu lewat iklan, tentu hal ini tidak menguntungkan. Dengan inovasi native ads yang membaur dengan baik dengan konten platform yang sedang digunakan, iklan tidak akan mengganggu pengalaman pengguna. Native ads dapat merebut perhatian target iklan tanpa terasa agresif dan memaksa, sehingga meningkatkan paparan bisnis kamu.
Penting untuk mengetahui bagaimana membangun sebuah situs atau aplikasi yang nyaman digunakan pengguna. Kenali lebih lanjut soal UI/UX (User Interface dan User Experience) lewat course mengenal Proses Desain UI/UX Menggunakan Figma untuk UI/UX Designer Pemula di Kognisi.id.
2. Aman dari Ad-Blocker
Karena semakin banyak pengguna yang merasa terganggu dengan iklan, software ad-blocker pun semakin populer digunakan. Program ad-blocker yang terpasang di browser akan menyembunyikan iklan-iklan di halaman website sehingga tidak mengganggu pengguna. Native ads merupakan solusi bagi publisher dan bisnis yang mengalami kerugian akibat ad-blocker ini. Karena dapat berada di tengah-tengah konten tanpa mengganggu, native ads tidak terdeteksi oleh ad-blocker.
3. Pengguna Terpapar Lebih Lama
Jika iklan pop up atau banner dalam beberapa detik langsung ditutup oleh pengguna, tidak begitu dengan native ads. Karena native ads dapat membaur atau masuk ke dalam konten, perhatian target iklan tidak akan cepat hilang begitu saja. Bahkan jika mampu disesuaikan dengan ketertarikan pengguna, iklan mendapatkan peluang lebih tinggi untuk diklik.
4. Cost Efficient
Native ads secara keseluruhan relatif lebih murah dari metode iklan tradisional, misalnya billboard dan media cetak. Didukung oleh kecanggihan teknologi, algoritma untuk menampilkan native ads dapat diatur untuk menargetkan kelompok-kelompok spesifik. Jika dihitung dari segi biaya akuisisi pelanggan, native ads juga lebih efisien.
5. Cocok untuk Pengguna Mobile
Pengguna smartphone dan tablet menghabiskan banyak waktu di depan layar mereka.
Native ads menjadi solusi yang cocok untuk beriklan, karena bentuknya yang dapat menyesuaikan diri sesuai dengan konten organik aplikasi atau situs.
Selain melalui iklan, kamu juga dapat memaksimalkan konten organik media sosial untuk mempromosikan bisnis kamu. Ketahui strategi pengelolaannya bersama Kognisi.id lewat course Penggunaan Media Sosial untuk Pengelolaan Konten Yang Efektif.
6. Meningkatkan Engagement & Brand Loyalty
Native ads dapat meningkatkan engagement atau interaksi dengan brand, juga dapat meningkatkan loyalitas terhadap brand kamu. Hal ini disebabkan konten untuk native ads dibuat agar bernilai lebih, dari segi edukasi ataupun menghibur pengguna. Dengan begitu, audiens iklan akan menjadi lebih tertarik dan melakukan interaksi dengan iklan untuk mencari tahu lebih lanjut (engagement).
Masih bingung harus mulai dari mana untuk membangun branding? Jangan ragu untuk belajar membangun branding bisnis kamu lewat course Membuat Strategi Branding untuk Start-Up Digital Bagi Pelaku Bisnis dan Wirausaha Kognisi.id!
7. Meningkatkan Jumlah Share Konten
Konten native ads yang dibuat menarik tidak menutup kemungkinan menjadi viral karena dibagikan oleh pengguna. Fokus pada kualitas konten iklan yang diproduksi akan membuahkan hasil untuk jangka panjang.
Kekurangan Native Advertising
Tetapi ada pula sisi lain native ads yang patut kamu pertimbangkan. Berikut adalah beberapa kekurangan native advertising:
1. Dapat Membawa Persepsi Negatif
Untuk beberapa jenis native ads yang mengandalkan judul atau headline yang sensasional dan clickbait, para pengguna mungkin akan merasa tertipu dan meninggalkan halaman kamu. Tidak hanya itu, persepsi negatif akan muncul di benak pengguna dan menimbulkan anggapan bahwa produk dan brand kamu tidak layak dipercaya.
2. Konsekuensi untuk Penerbit Iklan
Sebagai publisher atau penerbit yang menampilkan iklan, native ads dapat menguntungkan sekaligus berisiko. Menerima native ads berarti mendatangkan pendapatan, tetapi risiko penurunan traffic pengunjung akan meningkat. Kuncinya adalah tetap memoderasi kualitas konten native ads. Jika berpotensi mengakibatkan turunnya traffic dan membuat pengguna frustasi, sebaiknya pikirkan ulang untuk menampilkan konten tersebut.
3. Memerlukan Uang dan Waktu
Desain native ads yang memiliki performa tinggi membutuhkan usaha kreatif, waktu, dan skill tenaga ahli yang tidak sedikit. Tidaklah mudah membuat desain promosi yang efektif dan atraktif. Pelajari serba-serbinya lewat kursus online Membuat Desain Iklan & Promosi yang Efektif dan Atraktif untuk Desainer Iklan dan Promosi di Kognisi.id. Diperlukan komitmen, kesabaran, dan uang untuk menghasilkan performa yang kamu harapkan.
Mengenal Ragam Jenis Native Advertising
Karena cukup efektif, native advertising semakin diminati dan populer. Berikut ini adalah beberapa jenis native ads dikutip dari LinkedIn:
1. In-Feed Units
In-feed units merupakan jenis native ads yang muncul di tengah-tengah linimasa media sosial atau dalam situs portal berita. In-feed units merupakan konten sponsor yang diletakkan berdekatan dengan konten alami seperti artikel, post, maupun editorial.
2. Paid Search Unit
Bentuk native ads lain yang juga populer adalah paid search, yaitu membayar penyedia jasa mesin pencari untuk mendapatkan posisi dalam search results. Native ads jenis ini paling mudah ditemukan di search engine seperti Google, atau di situs e-commerce.
3. Recommendation Widgets
Tempat lain di mana native ads akan dipajang adalah di kolom rekomendasi. Umumnya kolom rekomendasi ini akan berisi konten yang mungkin menarik perhatian kamu, sehingga native ads dapat diselipkan di sini.
4. Promoted Listings
Jika kamu suka belanja online, kemungkinan kamu akan menemukan promosi daftar produk yang sedang dicari. Misalnya, jika kamu mencari sepatu kulit, situs e-commerce akan menampilkan daftar rekomendasi produk yang sesuai kata kunci, namun diselipkan iklan produk yang juga berkaitan, sehingga terlihat seperti hasil pencarian organik.
5. Tampilan Iklan dengan Elemen Native
Jenis native ads satu ini memang sekilas terlihat seperti banner iklan biasa. Tetapi yang membuat mereka menjadi bagian dari native ads adalah iklan ini tetap relevan dengan isi konten dalam halaman tersebut. Sebagai contoh, iklan buku resep di dalam situs resep masakan.
6. Custom
Perkembangan teknologi dan media sosial yang semakin luas penggunaannya membuat native ads juga semakin kreatif. Tak heran kini permintaan tenaga ahli khususnya di bidang desain grafis semakin meningkat. Jika kamu masih ragu berkarir di bidang ini, dapatkan inspirasi langkah karier desain grafis di Kognisi.id.
Native ads yang dibuat secara khusus untuk platform tertentu, misalnya Instagram, dapat menarik perhatian dengan cara yang berbeda. Contohnya, filter Instagram Ferrari yang mengajak pengguna merasakan sensasi duduk di dalam salah satu mobil Ferrari sebagai bentuk promosi.
Native advertising mungkin adalah solusi untuk kamu yang merasa butuh untuk mempromosikan bisnis kamu dengan budget terbatas. Tak ada salahnya mencoba strategi iklan ini dan menerapkannya dalam bisnis kamu. Bagaimana? Kamu siap untuk belajar lebih lagi dengan Kognisi.id? Buruan daftar akun Kognisi.id gratis hari ini dan temukan kursus online pilihanmu!
Penulis: Serenata L. Kedang