“Kerja lembur bagai kuda” Siapa yang langsung menyanyi saat mendengar istilah tersebut? Tidak ada yang salah dengan kerja keras, namun sesuatu yang berlebihan tentu tidak akan baik. Apalagi jika menjadi workaholic alias si gila kerja.

Jumlah pekerja yang mengalami stres menurut Gallup dalam State of the Global Workspace Report adalah 44 persen pada tahun 2022. Angka ini hampir setengah dari populasi para pekerja, dan merupakan yang tertinggi dalam dekade ini. Di Indonesia sendiri, persentase pekerja yang mengalami stres lebih rendah yautu 21 persen. Salah satu penyebab stres bagi kalangan pekerja adalah ketidakmampuan dalam berhenti bekerja atau menyeimbangkannya dengan hal lain.

Baca Juga : Red Flag dan Strategi Menghadapi Lingkungan Kerja Toxic

Sumber Stres Si Workaholic

Stres yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan konflik berkepanjangan. Terdapat tiga sumber konflik  yang berpotensi muncul dalam kehidupan pekerja dan menyebabkan stres. Pertama, perselisihan tentang penggunaan waktu. Yaitu bagaimana cara seorang dapat mengoptimalkan waktunya antara perannya dalam pekerjaan, dan mengasosiasikan perannya dalam keluarga. Contohnya adalah seseorang yang workaholic bisa mengesampingkan alokasi waktu untuk pribadi dan keluarga karena terlalu memprioritaskan pekerjaan.

Kedua, perselisihan atas keterlibatan kerja. Hal ini berkaitan dengan keterlibatan perempuan dalam industri yang semakin meningkat tiap tahunnya. Tercatat melalui data BPS, partisipasi perempuan bekerja tahun 2022 adalah sebesar 52.74 juta atau setara dengan 38.98 persen dari total pekerja. Keterlibatan perempuan dalam bekerja yang cukup tinggi berpotensi menimbulkan konflik dalam keluarga, khususnya mengenai pembagian perannya di rumah. Termasuk bagi para workaholic yang tidak dapat membagi keterlibatannya dengan seimbang.

Ketiga, perselisihan nilai. Untuk kamu si workaholic, perbedaan nilai pribadi dengan lingkungan sebagai contohnya, dapat mendatangkan ketidakpastian dan mendorong terjadinya konflik batin dalam diri.

Apa itu Workaholic?

Masih banyak hingga saat ini pekerja yang kesulitan menerapkan keseimbangan dalam bekerja. Sebagian merasa dilema akan peran ganda yang dimilikinya pada kehidupan keluarga-kerja. Sebagian lainnya, banyak yang menjadi workaholic dengan menghabiskan waktunya dalam bekerja secara berlebihan sehingga mengesampingkan kehidupan lain. 

Mereka yang workaholic dapat disebut sebagai orang yang “gila kerja”. Fenomena workaholic ini ditandai oleh beberapa hal sebagai berikut:

  • Bekerja sepanjang waktu : seorang workaholic dapat ditandai dengan isi pikiran yang didominasi oleh pekerjaan, bahkan terus membahas pekerjaan sepanjang waktu. Umumnya, seseorang disebut workaholic jika bekerja lebih dari 45 jam per minggu.
  • Mengesampikan kehidupan personal : jika workaholic memiliki agenda personal baik dengan keluarga maupun teman dan agenda tersebut berbenturan dengan pekerjaannya, maka ia akan cenderung memilih bekerja.
  • Pola hidup tidak teratur : karena terlalu mengutamakan pekerjaannya, pola hidup seorang workaholic menjadi tidak teratur. Seperti melewatkan jadwal makan dan mengurangi jam istirahat. Hal ini akan berdampak pada kondisi kesehatan sang workaholic. Seperti gejala insomnia, kelelahan, depresi, hingga menjadi rentan pada beberapa penyakit fisik.
  • Kurangnya sosialisasi : terlalu fokus bekerja tidak jarang membuat mereka yang tergolong workaholic atau gila kerja menjadi kurang bersosialisasi dan menjaga hubungannya dengan orang terdekat.

Mengenal Work Life Rhythm Untuk Si Workaholic

Istilah work life rhythm pertama kali diperkenalkan oleh Adam Grant, seorang penulis dan psikolog organisasi. Konsepnya adalah menemukan ritme dalam bekerja. Jika istilah work life balance, yang saat ini begitu masif dibicarakan adalah tentang membagi pekerjaan dan kehidupan personal sebagai dua hal yang terpisah, maka work life rhythm memiliki makna berbeda.

Work life rhythm fokus pada hidup yang memiliki pola dan musimnya. Kita dapat memahami dan menemukan ritme dalam kehidupan. Jika diibaratkan dengan tempo, kehidupan kadang memiliki tempo yang cepat ataupun lambat. Hal ini kembali pada bagaimana kita dapat menyesuaikan tempo kehidupan tersebut.

Karena sejatinya, tubuh memiliki ritmenya tersendiri yaitu ritme sirkadian. Ritme ini menjelaskan pola alamiah yang tubuh miliki secara berulang dan mengatur proses penting dalam tubuh seperti jadwal bangun dan mulai tidur. 

Contoh penerapan work life rhythm adalah, misalnya di dalam aktivitas kerja yang padat kamu menyisihkan waktu untuk olahraga setiap harinya dengan tempo sedikit, namun akan meluangkan lebih saat pekerjaan sudah mereda atau mengisinya untuk hal lain seperti quality time dengan keluarga.

Tips Menerapkan Work Life Rhythm untuk Si Workaholic

Sebagaimana ritme yang dimiliki oleh tubuh, tentu kita juga dapat menghadirkan ritme tersendiri khususnya dalam menghadapi konflik dalam bekerja agar dapat mencapai kesejahteraan. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam menerapkan konsep work life rhythm ini adalah:

Menyadari bahwa kita punya ritme kehidupan berbeda

Hal ini berkaitan dengan kebutuhan hidup masing-masing. Termasuk tipe pekerja berdasarkan waktu seperti morning person dan night person. Karena setiap orang tentu memiliki ritme berbeda sesuai dengan tipe atau cara bekerjanya. Seseorang yang morning person contohnya, akan cenderung melakukan aktivitas produktifnya pada pagi hari karena memiliki energi yang optimal dan akan membagi waktunya di sore atau malam hari dengan kegiatan yang lebih ringan. Jadi, bagi kamu si workaholic bisa mulai untuk sadar akan adanya ritme ini terlebih dahulu.

Temukan apa ritme kehidupanmu

Sebagai workaholic, istirahat kerap menjadi hal yang diabaikan. Menemukan ritme dapat dilakukan berdasar pada kebutuhan akan durasi istirahat dan seberapa lama kamu dapat fokus. Sangat penting bagi kita untuk mengetahui berapa lama waktu istirahat yang kita butuhkan, atau asupan nutrisi yang tubuh kita perlukan. Dengan mencari tahu informasi-informasi dasar tentang tubuh, akan semakin memudahkan untuk mengetahui ritme kehidupanmu.

Rencanakan jeda dan istirahat

Agendakan waktu istirahat setelah pekerjaan yang diwajibkan selesai, atau rencanakan jeda sementara agar energi yang dihasilkan dapat lebih optimal. Hal ini sangat sesuai untuk kamu yang mengalami workaholic. Contohnya seperti teknik podomoro yang memberikan istirahat atau jeda 5 menit setiap 25 menit kerja. Beberapa teknik lain juga bisa dicoba sesuai dengan ritme yang kamu jalani.

Pantau dan ukur kemajuan

Dimulai dengan menentukan gaya yang paling cocok, seperti membuat to do list atau reminder baik harian, mingguan, atau bulanan sekalipun. Hal ini juga dapat membantu bagi kamu si workaholic yang memiliki peran ganda agar memudahkan menentukan prioritas dan membagi waktu dengan tepat. Contohnya kamu bisa membuat tabel skala prioritas dengan membagi berdasarkan penting dan mendesak.

Cari dan tentukan goals dalam kehidupan

Menjadi workaholic tentu juga harus memiliki goals yang jelas, agar dapat membantu fokus serta membagi energi dan waktu sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Goals ini ditentukan baik dalam kehidupan personal, keluarga, dan pekerjaan. Contohnya memiliki goals personal untuk dapat mahir dalam satu olahraga baru, goals keluarga untuk dapat membeli rumah, atau goals pekerjaan dengan mempelajari skill set baru agar membantu promosi.

Menerapkan work life rhythm sebagai workaholic tentu juga akan berhadapan dengan beberapa tantangan, seperti keinginan untuk menyerah saat tidak menemukan ritme yang cocok. Namun, satu hal yang dapat terus dilakukan adalah dengan mengevaluasi diri. Apakah kita telat memanfaatkan waktu sesuai dengan yang direncanakan dan mengelolanya sesuai dengan goals yang ingin dicapai. 

Perubahan memang adalah hal yang pasti dalam kehidupan, tapi dapat diatasi dengan cara beradaptasi dan mengelola diri agar memiliki resiliensi yang baik dalam menghadapi konflik dalam bekerja, yaitu menemukan ritmenya. 

“Bagaimana individu memahami dan menemukan ritmenya, ada musim-musim tertentu waktunya dialokasikan untuk pekerjaan, ada juga musim yang waktunya dialokasikan untuk keluarga.” Hal ini disampaikan oleh Arienda Anggaraini M. Psi. dalam sebuah video Youtube Kognisi KG. Apabila kamu seorang workaholic dan  tertarik mempelajari tentang work life rhythm ini lebih lanjut, kamu dapat menontonnya dalam Belajar Tentang EP. 2: Work-Life Rhythm – Kognisi.id – YouTube.

 

Eksplorasi konten lain dari Blog Kognisi.id: Pengembangan Skill & Potensi Diri Lewat Kursus Online

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca