Growth Inventory: 7 Traits Penting untuk Bertumbuh secara Profesional
Dalam suatu organisasi atau perusahaan, setiap anggota pastinya memiliki keunikan karakter masing-masing. Perbedaan yang ada akan melahirkan warna dan pengalaman yang berharga bagi organisasi tersebut. Namun, diperlukan kolaborasi dan pemahaman yang mendalam dari setiap anggota agar mereka dapat mencapai tujuan yang sama.
Setiap individu dituntut untuk mengenali diri mereka agar bisa memaksimalkan potensi yang mereka punya dalam dunia profesional. Sekarang ini, organisasi atau institusi mencoba untuk menerapkan banyak terobosan baru mengenai budaya kerja di tempat mereka. Riset yang dikembangkan oleh Robert Steven Kaplan pada tahun 2008 menunjukkan bahwa pengembangan diri secara profesional dapat dimulai dari mengenal kemampuan dan performa diri sendiri terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan pertumbuhan individu akan menentukan kelincahannya untuk menanggapi tuntutan dan tantangan pekerjaan secara profesional.
Growth Center Kompas Gramedia mencoba mengembangkan suatu alat yang dapat membantu kita untuk mengenali karakter diri sendiri dan orang lain. Growth Inventory merupakan suatu metode pemetaan yang dibangun melalui pengenalan akan 7 aspek penting yang membentuk karakter profesional dari masing-masing orang: mindset, grit, humility, curiosity, creativity style, meaning making, purpose in life. Pengenalan akan beberapa elemen tersebut akan memampukan masing-masing individu untuk dapat menjadi versi terbaik dari diri mereka.
7 Traits Growth Inventory
Mindset
Dr. Carol Dweck dari Stanford University mengidentifikasikan bahwa ada 2 jenis mindset yang diketahui secara umum –fixed mindset dan growth mindset. Tentunya, setiap orang memiliki cara pandang masing-masing, namun pola pikir yang dominan akan menentukan bagaimana karakter profesional seseorang.
Pada dasarnya, fixed mindset memandang bahwa potensi diri seseorang sebagai suatu hal yang terbatas. Pola pikir ini menekankan pada hasil yang ada – hanya ada dua pilihan, gagal atau menjadi yang terbaik. Sebaliknya, orang-orang yang memiliki growth mindset percaya bahwa setiap orang memiliki kemampuan untuk belajar dan berkembang. Proses merupakan hal yang penting dan suatu kesalahan merupakan kesempatan untuk bertumbuh.
Bicara mengenai mindset banyak orang, tipe pola pikir yang dimiliki pasti beragam. Tanpa kita sadari mungkin seringkali kita melihat suatu hal dengan menggunakan fixed perspective, seperti misalnya ketika kita merasa lemah dalam bidang numerikal. Namun, di satu sisi kita merasa pekerjaan dalam bidang seni terasa menyenangkan sehingga ingin selalu bersentuhan dengan bidang tersebut. Hal ini merupakan contoh bahwa pola pikir manusia merupakan suatu hal yang dinamis.
Grit
Dalam dunia profesional, grit seseorang sering menjadi pertimbangan utama bagi para rekruter. Grit sering diartikan sebagai ketekunan, semangat, atau gairah individu dalam mencapai tujuan jangka panjang mereka.
Ada dua aspek penting dari konsep grit, yaitu passion (gairah) dan perseverance (kegigihan). Dalam dunia profesional, gairah atau passion merupakan kemauan kita untuk menginvestasikan energi dan mendedikasikan waktu kita untuk suatu pekerjaan. Kemauan ini merupakan aspek penting untuk mencapai target yang telah ditentukan. Selanjutnya, kegigihan atau perseverance merujuk kepada semangat pantang menyerah setiap individu.
Berdasarkan konsep grit, manusia dapat dibagi menjadi 4 tipe: achiever, planner, executor, dan pivoter. Seorang achiever dapat memahami apa yang menjadi tujuan mereka dan memaksimalkan usaha mereka untuk mencapainya. Tipe kedua adalah planner –mereka dapat menentukan tujuan jangka panjangnya, namun tidak memiliki kegigihan dan gairah yang cukup untuk. Selanjutnya, tipe executor merupakan mereka yang belum memiliki tujuan yang jelas namun mempunyai semangat yang tinggi untuk mencapai sesuatu. Yang terakhir adalah tipe pivoter. Orang-orang dalam kelompok ini tidak tahu mengenai tujuan mereka yang jelas, mereka juga tidak memiliki gairah dan semangat yang cukup.
Humility
Secara definisi, humility dalam bahasa Indonesia merupakan perpadanan dari kata kerendahan hati dan kesederhanaan. Aspek kerendahan hati memiliki arti bahwa kita bebas dari sifat egoisme dan arogansi.
Dalam dunia kerja, seseorang dapat memilih menjadi seorang learner atau aristocrat. Dari namanya, kita bisa menyimpulkan bahwa orang yang memiliki sifat learner akan terbuka dengan segala kritik dan saran dari rekannya. Dia akan merasa bahwa tanggapan orang lain atas hasil kerjanya merupakan salah-satu cara untuk bertumbuh.
Sebaliknya beberapa orang cenderung memiliki sifat aristocrat, yang mana mereka cenderung menutup diri atas segala saran maupun perspektif dari orang lain. Dalam dunia kerja, orang-orang seperti ini cenderung mengedepankan pemikirannya dan menganggap pandangan orang lain tidak penting.
Jadi sifat atau humility apa yang harus dikembangkan di dunia kerja? Ada baiknya kita bisa membangun pemikiran kita dalam dasar yang kuat, namun membuka pintu terhadap tanggapan orang lain sebagai bentuk evaluasi diri. Dalam dunia pekerjaan, kita akan sering dihadapkan oleh banyak tugas yang membutuhkan kesepakatan bersama. Oleh karena itu ada baiknya mempertimbangkan pendapat dari orang lain.
Curiosity
Curiosity atau keingintahuan dapat menjadi aspek pengembangan diri kita secara kinerja profesional. Hal ini menghasilkan pemikiran kepemimpinan dan peningkatan produktivitas. Mengajukan pertanyaan tidak hanya memancing perspektif dari orang lain yang mungkin belum pernah kita pikirkan sebelumnya, tetapi juga mengungkapkan pengalaman masa lalu yang dapat berdampak positif. Orang yang ingin tahu memiliki rasa ketertarikan yang tinggi terhadap banyak hal. Ketika mereka tertarik, mereka berusaha keras untuk mencapainya, dan saat itulah kesuksesan menang.
Rasa ingin tahu seseorang terbagi menjadi beberapa tipe: detective, explorer, versatile, dan home buddy. Apabila kamu menyukai tantangan baru, berarti kamu merupakan tipe detective. Artinya rasa ingin tahumu sangat besar, sehingga menjadikan dirimu sebagai pribadi yang berani terhadap setiap perubahan yang ada di depan. Selanjutnya, kamu merupakan tipe explorer apabila kamu suka mencari pemahaman baru namun kurang menyukai suatu situasi yang tidak pasti. Tipe ketiga merupakan orang dengan sifat versatile, orang-orang ini cenderung skeptis terhadap pengalaman baru namun mereka mempunyai sifat mudah beradaptasi. Yang terakhir merupakan home buddy, tipe ini cenderung menghindari pengalaman baru dan situasi yang tidak pasti.
Creativity Style
Kreativitas di dunia kerja telah menjadi hal yang wajib dimiliki. Saat ini kita berada dalam lingkungan global yang sangat kompetitif, sehingga pemikiran kreatif menjadi suatu aspek yang penting. Kreativitas membuat kita dapat menghasilkan suatu inovasi yang dapat mengembangkan suatu perusahaan atau organisasi.
Jadi dalam dunia profesional, kita akan bertemu dengan beberapa jenis tingkat kreativitas seseorang. Yang pertama merupakan innovator, orang-orang dalam tipe ini cenderung suka melakukan sesuatu dengan cara yang tidak biasa dan memiliki keberanian untuk mengambil resiko. Mereka juga tidak membutuhkan validasi orang lain karena merasa hal tersebut dapat membatasi kreativitas mereka. Selanjutnya ada tipe ideator, mereka sama berani dengan tipe innovator namun tetap mereka memerlukan validasi dari orang lain. Tipe ketiga adalah snowflake, mereka merupakan orang-orang yang suka berkreasi namun tidak memiliki keberanian untuk mengambil resiko. Tipe snowflake juga masih membutuhkan validasi dari orang lain. Terakhir, ada tipe advocator –mereka merupakan orang-orang yang suka cara yang unik, namun mereka tidak memerlukan validasi orang lain dan tidak berani mengambil resiko.
Dalam proses kreatif tidak ada pemikiran yang salah, yang diperlukan adalah keberanian dalam menghadapi berbagai tantangan kedepannya. Kita memiliki kebebasan untuk berkreativitas, namun kita juga harus menjadi seseorang yang mempertimbangkan segala kemungkinan di depan.
Meaning Making
Makna merupakan salah-satu aspek esensial dalam kehidupan manusia. Seringkali kita merasa bosan ataupun lelah pada saat mengerjakan suatu. Pertanyaannya sesungguhnya adalah, apakah kegiatan itu yang membosankan atau itu hanya persepsi kita saja?
Bagaimana seseorang memaknai karirnya akan mempengaruhi performa dan motivasi mereka di tempat kerja. Jadi bagaimana cara untuk memaknai pekerjaan kita? Satu hal yang pasti – untuk menemukan makna dalam pekerjaan, kita harus mengaitkannya dengan sesuatu yang lebih besar daripada jumlah sederhana dari tugas harian yang telah diberikan.
Ada dua tipe meaning making dalam dunia profesional, purpose-driven dan task-driven. Apabila seseorang mampu memaknai setiap peristiwa yang dialami sehingga terus berdedikasi untuk menjalani tugasnya dalam situasi yang tidak menentu, orang tersebut merupakan seorang yang memiliki purpose-driven. Sebaliknya ketika orang tersebut gagal memberikan makna terhadap setiap peristiwa dalam hidupnya, sehingga semangatnya menjadi tidak stabil dalam situasi yang kompleks -orang tersebut disebut task-driven.
Saat ini, kita akan dihadapkan kepada banyak tantangan dalam dunia kerja. Situasi yang tidak menentu -terutama dengan perubahan pasca pandemi, seringkali membuat kita kehilangan semangat kerja. Keadaan ini menantang setiap individu untuk dapat terus merefleksikan dan memaknai situasi yang ada. Kita bertanggung jawab untuk mengintegrasikan situasi yang menantang dan tidak pasti terhadap kerangka makna yang sesuai dengan nilai personal kita.
Purpose in Life
Hidup selalu mempunyai kejutan tersendiri, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi besok, bulan depan, ataupun masa-masa mendatang lainnya. Namun ketidakpastian itu harus diimbangi dengan tujuan hidup yang jelas. Aspek ini dapat membantu kita untuk mengambil berbagai keputusan hidup dalam skala kecil maupun besar.
Biasanya tujuan hidup seseorang terbagi menjadi 3 tipe: clear purpose, indencisive purpose, dan unclear purpose. Orang-orang dengan clear purpose memiliki tujuan yang jelas dan mampu untuk memberikan makna untuk hidupnya. Sedangkan sebagian orang dengan indecisive dan unclear purpose lebih cenderung bimbang dan merasa tujuan hidupnya masih belum jelas.
Dalam dunia profesional,tujuan yang jelas dan spesifik dapat memberikan jalan terhadap peningkatan karir dan pencapaian tertentu. Kita bisa mencoba menetapkan beberapa keputusan dalam jangka pendek terlebih dahulu sebagai loncatan, seperti kapan tugas harus diselesaikan, target perhari, dan sebagainya. Selanjutnya, kita bisa perlahan menentukan apa saja hal yang menjadi tujuan jangka panjang kita. Tujuan jangka panjang merupakan hal-hal yang ingin dicapai dalam beberapa tahun kedepan, mungkin saja promosi, pekerjaan dan karir tertentu, atau suatu proyek yang rumit.