“Takut tambah dewasa, takut aku kecewa, takut tak seindah yang kukira.”  Penggalan lirik ‘Takut dari Idgitaf’ ini sepertinya sudah jadi obrolan panjang para muda-mudi yang sedang mencari jati diri. Apalagi dengan krisis usia seperempat abad atau yang dikenal dengan quarter life crisis. Sebuah kondisi krisis yang membuat seseorang diselimuti oleh kebingungan, kekhawatiran, dan keraguan dalam menentukan tujuan hidup. 

Umumnya, quarter life crisis dialami oleh mereka yang berusia 25-30 tahun. Seseorang yang sedang mengalami krisis ini biasanya akan cenderung merasa berada di jalan buntu. Penyebabnya pun bisa beraneka ragam, seperti rencana karir, hubungan romansa, pendidikan, dan hidup mandiri. Jadi, quarter life crisis ini condong pada kenyataan bahwa seseorang belum memiliki tujuan yang jelas dalam hidupnya, atau sedang di fase pencarian jati diri. 

Sebagai sebuah hal yang personal, akan lebih tergambar apabila kita mendengar dari mereka yang sedang mengalaminya. Dalam artikel ini, ada 40 orang yang termasuk Gen Z mengikuti survei sederhana ini dan sedang menghadapi fase quarter life crisis. Mari simak kata mereka tentang krisis ini!

Baca Juga: Purpose in Life: Sebuah Aspek Vital dalam Dunia Karier

Quarter Life Crisis dan Kekhawatirannya

Jika jatuh cinta berjuta rasanya, maka quarter life crisis berjuta emosinya. Khususnya terkait dengan kekhawatiran akan bagaimana hidup kedepannya. Ternyata ada berbagai hal berbeda yang dirasakan oleh mereka yang sedang menghadapi krisis ini.

Dari hasil survei, pertanyaan seperti, “akan jadi apa ya aku kedepannya?” Ternyata dirasakan oleh 33.34% di antaranya. Hal-hal seputar kegagalan dalam setiap bidang yang membuat fase quarter life crisis ini terkadang seperti berada di jalan buntu.

Percakapan dengan diri atau self talk kerap muncul sebagai media untuk menggali tujuan yang ingin dicapai tersebut. Namun tidak jarang, ketika self talk yang dilakukan memberikan afirmasi negatif, maka akan memperparah kondisi quarter life crisis. Contohnya seperti mengatakan kepada diri sendiri bahwa kamu tidak akan bisa melakukannya. 

Takut akan kegagalan adalah hal lain yang juga banyak disebutkan oleh 41.6% di antaranya. Pernyataan seperti, “ga sesuai harapan” mengiringi ketakutan tersebut. Hal ini bisa disebabkan karena ekspektasi di awal yang sudah begitu tinggi, namun merasa tidak yakin atau bahkan belum tau harus memulainya dari mana. 

Selain itu, kekhawatiran seperti kualifikasi diri yang belum mencukupi juga cukup banyak dibahas. Sebenarnya, sampai pada kesimpulan bahwa masih ada beberapa hal dalam diri yang perlu diperbaiki adalah salah satu langkah baik dalam mengenali diri. Namun, ketika kesadaran ini tidak dikelola dengan baik, justru hanya fokus pada kelemahannya, maka akan berdampak pada kepercayaan diri. 

Karir Vs Finansial Vs Hubungan

Memang banyak hal yang dikhawatirkan saat kita sedang berada dalam fase quarter life crisis ini. Tapi biasanya, apa yang paling banyak dipikirkan antara karis, materi, atau hubungan?

Dalam survei yang dilakukan, 58.6 persen diantaranya memiliki Karir sebagai hal yang paling dikhawatirkan. Hal ini berkaitan dengan fenomena yang terjadi belakangan ini, seperti kasus PHK, kebutuhan hidup meningkat, dan variasi gaji yang menjadi penyebab kekhawatiran tersebut. Dalam sebuah artikel BBC dijelaskan bahwa Gen Z adalah kelompok yang paling kesulitan dalam menghadapi kehidupan profesional.

Kekhawatiran akan peluang karir kedepannya ini ternyata juga berkaitan dengan kekhawatiran akan kondisi finansial mereka kedepannya. Sebanyak 24 persen diantaranya memiliki materi sebagai hal yang paling dikhawatirkan dalam menghadapi quarter life crisis, dan sisanya memiliki hubungan khususnya terkait dengan romansa. 

Penentuan hal yang paling dikhawatirkan ini memang dapat berbeda pada setiap orang. Dapat dipengaruhi oleh banyak hal, seperti nilai yang dipegang, tujuan yang ingin dicapai, dan kebiasaan yang dibawa. Tidak selalu satu hal lebih penting dari yang lain, namun bisa saja saling berkesinambungan satu dengan yang lainnya. 

Pentingnya Tujuan dalam Quarter Life Crisis

Menemukan tujuan dalam hidup adalah solusi dalam menghadapi quarter life crisis. Seberapa penting tujuan itu dimiliki, ternyata disetujui oleh 100 persen pengisi survei. Menurut mereka, tujuan dapat membantu mengarahkan jalan hidup dengan baik atau setidaknya memiliki gambaran akan hidup kedepannya.

Selain itu, ada yang berpendapat bahwa menemukan tujuan hidup berarti menemukan kebahagiaan dengan sederhana karena lebih sehat secara emosional. Hal ini ternyata sesuai dengan penelitian dalam National Library of Medicine yang menjelaskan hubungan tujuan hidup dengan kebahagiaan karena akan menurunkan gejala depresi dan kecemasan.

Sebagian juga berpendapat bahwa tujuan hidup haruslah jelas, agar setiap keputusan yang diambil dapat terarah dan mempermudah proses dalam mencapainya. Bahkan, memiliki tujuan hidup menurut mereka dapat membangkitkan semangat ketika gagal. Karena mengingatkan kembali tujuan yang ingin dicapai sebelumnya. 

Semua berawal dari tujuan, maka kunci dalam menghadapi quarter life crisis ini adalah temukan tujuan hidupnya. Salah satu caranya adalah dengan mengenal diri lebih dalam. Sebagai pilihan, kamu dapat mencoba tes Growth Inventory pada laman discovery.kognisi.id, yang nanti salah satu hasilnya akan menyajikan tipe tujuan hidup yang ingin kamu capai. Selamat menemukan makna dan hal yang ingin capai dalam hidup ini!

Eksplorasi konten lain dari Blog Kognisi.id: Pengembangan Skill & Potensi Diri Lewat Kursus Online

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca